TRANSFORMASI DIGITAL: ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN
Penulis: Mulyanto, S. Pd.
Guru SMAN 12 Semarang
Editor: Dr. MRT (Dr. Mampuono R. Tomoredjo, S. Pd., S. Pd., M. Kom.)
(Ditulis dengan Strategi Tali Bambuapus Giri - Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri Berbasis AI.)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salah satu tantangan pelik yang kita hadapi kini adalah transformasi masyarakat yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi digital. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkannya telah membawa harapan akan masa depan yang lebih baik, tetapi pada saat yang sama juga menimbulkan keprihatinan mendalam. Sebagai seorang guru di SMAN 12 Semarang, saya merasa perlu menyampaikan beberapa pemikiran dan analisis mengenai dampak-dampak negatif dari perkembangan teknologi ini, yang seharusnya menjadi perhatian semua pihak.
Kecepatan yang menjadi salah satu ciri menonjol dunia digital telah menggerus kesabaran kita. Contoh nyata adalah kebiasaan multitasking yang sering kali tidak produktif. Banyak siswa yang mengerjakan tugas sambil membuka media sosial, yang berujung pada hasil yang kurang optimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association, multitasking dapat menurunkan efisiensi dan kualitas pekerjaan.
Kemudahan akses dan banyaknya ragam informasi telah mengakibatkan kedangkalan berpikir. Dalam dunia pendidikan, ini terlihat dari kecenderungan siswa untuk mencari jawaban instan dari internet tanpa memahami konsep dasar. Profesor Nicholas Carr, penulis buku "The Shallows: What the Internet Is Doing to Our Brains," menyatakan bahwa penggunaan internet yang berlebihan dapat menghambat kemampuan berpikir mendalam dan analitis.
Fasilitas customize dari setiap gawai yang digunakan ternyata semakin mempersubur sikap individualisme penggunanya. Pengalaman ini saya rasakan sendiri di kelas, di mana siswa lebih memilih berinteraksi dengan perangkat mereka daripada berinteraksi dengan teman sekelas. Fenomena ini dikenal sebagai phubbing, yang didefinisikan sebagai perilaku mengabaikan orang di sekitar karena lebih fokus pada ponsel. Dampaknya, hubungan sosial menjadi renggang dan empati semakin menurun.
Dampak lain yang tak kalah meresahkan adalah munculnya budaya phubbing yang makin mengeringkan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan. Ketika orang lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya, perhatian terhadap isu-isu sosial dan lingkungan cenderung berkurang. Hal ini bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas yang seharusnya kita junjung tinggi.
Namun, di balik semua itu, ada harapan untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satunya adalah melalui pendidikan yang menekankan literasi digital dan etika penggunaan teknologi. Di SMAN 12 Semarang, kami mulai memperkenalkan kurikulum yang tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga pentingnya penggunaan teknologi secara bijak.
Selain itu, pentingnya kerja sama antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat dalam menangani dampak negatif teknologi ini. Profesor Sherry Turkle dari MIT menekankan pentingnya mengembalikan percakapan tatap muka dalam kehidupan sehari-hari sebagai cara untuk mengatasi isolasi sosial akibat teknologi.
Bagi para orang tua, pengawasan dan pembatasan penggunaan gadget pada anak sangatlah penting. Contoh nyata adalah inisiatif di beberapa negara seperti Prancis, yang melarang penggunaan ponsel di sekolah dasar dan menengah untuk mendorong interaksi sosial yang lebih sehat di antara siswa.
Di sisi lain, teknologi juga bisa digunakan untuk mendorong kepedulian sosial. Contoh yang inspiratif adalah kampanye online yang berhasil mengumpulkan dana dan dukungan untuk berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan. Ini menunjukkan bahwa teknologi, jika digunakan dengan benar, dapat menjadi alat yang kuat untuk kebaikan.
Kita semua memiliki peran dalam mengatasi tantangan ini. Sebagai pendidik, saya terus berupaya mengajarkan nilai-nilai moral dan etika dalam penggunaan teknologi kepada siswa. Sebagai masyarakat, kita perlu lebih kritis dalam menerima informasi dan lebih bijak dalam menggunakan teknologi.
Penulis terkenal dari Inggris, Aldous Huxley, pernah mengatakan, "Technological progress has merely provided us with more efficient means for going backwards." Ungkapan ini mengingatkan kita bahwa kemajuan teknologi tidak selalu berarti kemajuan manusia jika tidak digunakan dengan bijak.
Oleh karena itu, marilah kita semua bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik melalui penggunaan teknologi yang bertanggung jawab. Hanya dengan demikian, kita bisa mencapai masa depan yang lebih cerah dan bermakna bagi generasi mendatang.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
---
Comments
Post a Comment