FASTABIQUL KHAIRAT, BERLOMBA,-LOMBA DALAM KEBAIKAN
Penulis : Muh Kurniawan Syafi'i, guru SMAN 1 Klaten
Editor: Dr. MRT (Dr. Mampuono R. Tomoredjo, S. Pd., S. Pd., M. Kom.)
(Ditulis dengan Strategi Tali Bambuapus Giri - Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri Berbasis AI.)
Dalam hidup ini, berlomba-lomba dalam kebaikan merupakan salah satu ajaran penting dalam Islam yang disebut "Fastabiqul Khairat". Perintah ini mengarahkan umat untuk bersegera melakukan kebaikan dan tidak menunda-nunda setiap niat baik yang muncul dalam hati. Dalil utama yang mendasari ajaran ini adalah Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 48: "Dan bagi tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan." Ayat ini menggarisbawahi pentingnya bersaing dalam amal sholeh.
Berlomba-lomba dalam kebaikan dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. Misalnya, ketika kita berniat untuk bersedekah dan memiliki kesempatan serta kemampuan, maka sedekah tersebut sebaiknya dilakukan segera, tanpa menunda-nunda. Begitu pula, ketika kita berniat untuk melaksanakan salat Dhuha di pagi hari dan ada waktu yang cukup, maka segeralah melaksanakan salat tersebut. Menunda-nunda niat baik dapat menyebabkan hilangnya kesempatan untuk beramal sholeh.
Di masyarakat, kita juga dapat melihat banyak contoh perilaku berlomba-lomba dalam kebaikan. Misalnya, ketika ada saudara atau tetangga yang membutuhkan bantuan, dan kita mampu untuk membantu, sebaiknya bantuan tersebut segera diberikan. Bantuan ini bisa berupa tenaga, materi, atau sekadar memberikan hiburan dan dukungan moral. Meskipun bantuan yang kita berikan kecil, seperti doa, tetap memiliki nilai yang sangat berarti. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda bahwa salah satu doa yang sangat mungkin dikabulkan adalah doa yang dipanjatkan untuk orang lain tanpa sepengetahuan orang tersebut.
Berbuat baik dan berlomba-lomba dalam kebaikan juga ditekankan oleh berbagai tokoh dan pemikir. Seorang filsuf terkenal pernah mengatakan bahwa kebaikan yang ditunda adalah kebaikan yang disia-siakan. Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk memahami bahwa setiap kesempatan berbuat baik adalah momen yang harus diambil tanpa ragu. Penundaan hanya akan merugikan diri sendiri dan orang lain yang mungkin sangat membutuhkan kebaikan kita.
Sejalan dengan ajaran Islam dan pemikiran para tokoh, berlomba-lomba dalam kebaikan bukan hanya sekedar perbuatan fisik, tetapi juga melibatkan niat yang tulus dan ikhlas. Kebaikan yang dilakukan dengan niat yang benar akan membawa berkah dan pahala yang berlipat ganda. Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya."
Memahami dan mengaplikasikan konsep Fastabiqul Khairat dalam kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan kualitas diri dan hubungan sosial. Kita akan menjadi pribadi yang lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih siap untuk membantu. Dengan demikian, lingkungan sekitar kita akan menjadi lebih harmonis dan penuh dengan energi positif.
Sebagai contoh, di lingkungan sekolah, para guru dapat berlomba-lomba dalam memberikan yang terbaik bagi murid-murid mereka. Mereka dapat berinovasi dalam metode pengajaran, menyediakan waktu ekstra untuk bimbingan, dan menjadi teladan dalam berperilaku. Begitu pula, siswa dapat berlomba-lomba dalam belajar, membantu teman-teman yang kesulitan, dan aktif dalam kegiatan sosial.
Selain itu, dalam lingkungan kerja, pegawai dapat berlomba-lomba dalam menunjukkan kinerja terbaik mereka, memberikan kontribusi positif kepada tim, dan membantu rekan kerja yang membutuhkan. Ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menciptakan suasana kerja yang lebih menyenangkan dan mendukung.
Tokoh agama juga sering mengingatkan umat tentang pentingnya berlomba-lomba dalam kebaikan. Salah seorang ulama terkenal pernah menyatakan bahwa hidup ini adalah kesempatan untuk menanam benih kebaikan yang akan kita tuai di akhirat. Setiap kebaikan yang kita lakukan di dunia ini akan menjadi investasi yang sangat berharga di akhirat nanti.
Dalam menjalankan Fastabiqul Khairat, penting juga untuk menjaga keikhlasan dan tidak mengharapkan pujian atau penghargaan dari manusia. Kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas akan mendapatkan ganjaran dari Allah SWT. Dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 261, Allah berfirman: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."
Fastabiqul Khairat juga mencakup aspek spiritual dalam berdoa. Berdoa untuk kebaikan orang lain tanpa sepengetahuan mereka adalah salah satu bentuk kebaikan yang sangat dianjurkan. Doa ini memiliki kekuatan yang luar biasa dan dapat membawa keberkahan baik bagi yang mendoakan maupun yang didoakan.
Untuk mengembangkan kebiasaan berlomba-lomba dalam kebaikan, kita perlu melatih diri agar selalu peka terhadap kesempatan berbuat baik. Memiliki kesadaran bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk berbuat baik akan membantu kita untuk tidak menunda-nunda. Kita juga bisa mengajak orang-orang di sekitar kita untuk turut serta dalam perlombaan kebaikan ini.
Dalam keluarga, misalnya, orang tua dapat mengajarkan anak-anak untuk selalu siap membantu dan berbuat baik. Dengan memberikan contoh nyata, anak-anak akan tumbuh dengan pemahaman bahwa kebaikan adalah bagian penting dari kehidupan mereka. Mereka akan belajar untuk tidak menunda-nunda niat baik dan selalu siap mengambil tindakan positif.
Di masyarakat, kita dapat membentuk komunitas yang fokus pada kegiatan-kegiatan sosial dan kemanusiaan. Dengan bergabung dalam komunitas semacam ini, kita dapat saling menginspirasi dan mendukung dalam berlomba-lomba dalam kebaikan. Kolaborasi dalam kebaikan akan memperkuat ikatan sosial dan meningkatkan dampak positif dari setiap tindakan.
Fastabiqul Khairat bukan hanya ajaran agama, tetapi juga prinsip universal yang dapat diterapkan oleh siapa saja, terlepas dari latar belakang agama dan budaya. Prinsip ini mengajarkan kita untuk selalu siap membantu, berbagi, dan memberikan yang terbaik bagi orang lain. Dengan mengamalkan prinsip ini, kita dapat menciptakan dunia yang lebih baik dan penuh dengan kebaikan.
Akhirnya, penting bagi kita untuk selalu mengingat bahwa setiap kebaikan, sekecil apapun, memiliki nilai yang sangat besar di mata Allah SWT. Jangan pernah meremehkan kebaikan yang kita lakukan, karena setiap kebaikan akan dicatat dan diberikan balasan yang setimpal. Mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan, dan menjadi pribadi yang selalu siap untuk berbuat baik kapanpun dan di manapun.
Quotes dari para tokoh yang relevan dengan tema ini juga dapat menambah inspirasi. Misalnya, seorang pemikir pernah berkata bahwa "Kebaikan adalah bahasa yang dapat didengar oleh orang tuli dan dilihat oleh orang buta." Ini mengingatkan kita bahwa kebaikan memiliki kekuatan universal yang dapat dirasakan oleh siapa saja.
Dengan menanamkan semangat Fastabiqul Khairat dalam diri kita, kita dapat menjadi agen perubahan yang membawa kebaikan bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Setiap langkah kecil menuju kebaikan adalah kontribusi besar dalam membangun dunia yang lebih baik dan penuh dengan rahmat Allah SWT.
Comments
Post a Comment