MEWUJUDKAN SEKOLAH RAMAH HAM, SEBUAH UPAYA PENERAPAN NILAI-NILAI HAK ASASI i MANUSIA DALAM LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Oleh: Emut Sisoatie
Guru SMAN 3 Semarang 
Editor:  Dr. MRT (Dr. Mampuono R. Tomoredjo, S. Pd., S. Pd., M. Kom.) 
(Ditulis dengan Strategi Tali Bambuapus Giri - Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri Berbasis AI.) 

Pada tanggal 23 sampai 25 Mei 2024, dilaksanakan In House Training (IHT) Pendidikan Ramah HAM dalam ekosistem sekolah di Hotel UNP Padang Air Tawar, Sumatera Barat. Acara ini dihadiri oleh 25 peserta dari berbagai daerah dan dibimbing oleh narasumber yang sangat mumpuni, seperti Dr. Manajer Nasution dan trainer dari Yogyakarta, Ibu Ani. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya penerapan nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM) dalam lingkungan sekolah.

Pada hari pertama IHT, para peserta diajak untuk memahami seluk-beluk HAM yang ada di masyarakat maupun di sekolah. Diskusi ini meliputi hak-hak dasar yang harus dimiliki setiap individu tanpa diskriminasi, serta bagaimana nilai-nilai tersebut seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan pendidikan. Penekanan diberikan pada pentingnya sekolah sebagai tempat yang aman dan inklusif bagi semua peserta didik.
Gambar: Penulis, Emut Sisoatie

Hari kedua pelatihan difokuskan pada penerapan HAM di sekolah. Narasumber mengangkat isu-isu krusial seperti bullying, kekerasan seksual, dan intoleransi yang masih sering terjadi di lingkungan pendidikan. Ketiga hal ini disebut sebagai "dosa besar" dalam dunia pendidikan. Satu lagi yang tak kalah penting adalah pembiaran, yaitu sikap acuh tak acuh terhadap pelanggaran yang terjadi, yang dalam jangka menengah atau panjang dapat berdampak negatif pada karakter peserta didik.

Tindakan intoleransi di sekolah sering kali muncul dalam bentuk diskriminasi terhadap siswa berdasarkan agama, ras, atau latar belakang sosial. Tindakan ini tidak hanya melanggar HAM, tetapi juga menghambat proses pembelajaran dan perkembangan siswa. Dalam pelatihan ini, peserta diajak untuk mengenali bentuk-bentuk intoleransi dan belajar bagaimana mencegahnya.

Kekerasan seksual merupakan pelanggaran serius yang mempengaruhi keamanan dan kesejahteraan peserta didik. Narasumber menjelaskan berbagai bentuk kekerasan seksual yang dapat terjadi di sekolah, serta cara-cara untuk mencegah dan menangani kasus-kasus tersebut. Guru dan tenaga kependidikan diingatkan untuk selalu waspada dan proaktif dalam melindungi peserta didik dari segala bentuk pelecehan.

Selain itu, tindakan perusakan lingkungan dan fasilitas sekolah juga menjadi perhatian utama dalam pelatihan ini. Lingkungan yang aman dan nyaman sangat penting untuk mendukung proses belajar mengajar. Peserta diajak untuk menjaga kebersihan dan keindahan sekolah, serta merawat fasilitas yang ada sebagai bentuk tanggung jawab bersama.

Faktor penyebab pelanggaran HAM di sekolah bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk kebijakan sekolah yang bermasalah, pola pembelajaran yang tidak tepat, serta masalah yang berasal dari guru, tenaga kependidikan, atau peserta didik sendiri. Pengaruh dari luar sekolah juga dapat mempengaruhi perilaku siswa di sekolah. Oleh karena itu, kolaborasi antara sekolah dan masyarakat sangat penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang ramah HAM.

Untuk mengatasi pelanggaran HAM di sekolah, guru hendaknya bersikap adil dan penuh kasih sayang. Menganggap murid seperti anak kandung sendiri dan memberikan keteladanan dianggap lebih efektif dibandingkan memberikan banyak nasihat. Narasumber menekankan bahwa keteladanan dalam bersikap dan bertindak sehari-hari akan lebih mudah diikuti oleh peserta didik.

Program-program sekolah, baik itu kokurikuler, ekstrakurikuler, maupun intrakurikuler, hendaknya selalu berpedoman pada nilai-nilai HAM. Program-program tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman peserta didik tentang pentingnya menghormati hak orang lain serta bertanggung jawab atas hak dan kewajiban mereka sendiri.

Pendidikan ramah HAM juga menuntut adanya kebijakan sekolah yang jelas dan tegas dalam menangani pelanggaran HAM. Kebijakan tersebut harus disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah, termasuk siswa, guru, tenaga kependidikan, dan orang tua. Transparansi dan keterbukaan dalam proses penanganan pelanggaran akan membangun kepercayaan dan rasa aman di lingkungan sekolah.

Guru dan tenaga kependidikan perlu mendapatkan pelatihan secara berkala tentang HAM dan bagaimana cara menerapkannya dalam proses pembelajaran. Pelatihan ini penting untuk memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menghadapi berbagai situasi yang mungkin terjadi di sekolah.

Kerjasama dengan pihak luar, seperti LSM yang bergerak di bidang HAM, juga bisa menjadi salah satu cara untuk memperkuat penerapan nilai-nilai HAM di sekolah. LSM dapat memberikan dukungan, baik dalam bentuk materi pelatihan maupun pendampingan dalam menangani kasus-kasus pelanggaran HAM.

Selain itu, penting bagi sekolah untuk memiliki mekanisme pengaduan yang mudah diakses oleh semua warga sekolah. Mekanisme ini harus memastikan bahwa setiap laporan pelanggaran HAM ditangani dengan serius dan ditindaklanjuti sesuai prosedur yang berlaku. Ini akan memberikan rasa aman bagi siswa dan mendorong mereka untuk melaporkan setiap tindakan yang merugikan.

Pendidikan ramah HAM juga harus diintegrasikan ke dalam kurikulum. Materi tentang HAM perlu diajarkan secara eksplisit dalam mata pelajaran tertentu, serta diintegrasikan ke dalam nilai-nilai yang diajarkan di semua mata pelajaran. Dengan demikian, pemahaman tentang HAM akan menjadi bagian dari pengetahuan dasar yang dimiliki setiap peserta didik.

Pembentukan karakter peserta didik yang menghargai HAM juga bisa dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas. Misalnya, melalui kegiatan kemanusiaan, seperti bakti sosial, kampanye anti-kekerasan, dan program lingkungan hidup. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya mengajarkan nilai-nilai HAM, tetapi juga mempraktikkannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Peran orang tua dalam pendidikan ramah HAM tidak boleh diabaikan. Sekolah perlu melibatkan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan yang berkaitan dengan HAM. Orang tua harus diajak untuk mendukung dan memperkuat nilai-nilai HAM yang diajarkan di sekolah, serta menerapkannya di rumah.

Salah satu cara efektif untuk menyosialisasikan nilai-nilai HAM adalah melalui media sekolah, seperti majalah dinding, buletin, atau website sekolah. Informasi tentang HAM, termasuk kasus-kasus yang berhasil ditangani dan upaya-upaya preventif yang dilakukan, bisa dipublikasikan untuk meningkatkan kesadaran seluruh warga sekolah.

Akhirnya, evaluasi berkala terhadap program dan kebijakan pendidikan ramah HAM sangat diperlukan. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat sejauh mana program dan kebijakan tersebut berjalan efektif dan apa saja yang perlu diperbaiki. Dengan demikian, sekolah dapat terus meningkatkan kualitas pendidikan yang menghargai dan melindungi hak asasi manusia.

Melalui berbagai upaya ini, diharapkan sekolah dapat menjadi tempat yang aman, nyaman, dan inklusif bagi semua peserta didik. Pendidikan ramah HAM tidak hanya akan membentuk karakter peserta didik yang baik, tetapi juga akan menciptakan generasi yang menghargai dan melindungi hak asasi manusia di masa depan.

Comments

Popular posts from this blog

NUSANTARA GROUP

MENGUBUR UNTUK MENJAGA BUMI

DR. MAMPUONO: PENDIDIK, PENEMU, TEACHERPRENEUR, DAN PENULIS