SANGKAN PARANING DUMADI, JEJAK KEMBALI PULANG
By: Dr. MRT (Dr. Mampuono R. Tomoredjo, S. Pd., S. Pd., M. Kom.)
Dalam setiap kebudayaan, ajaran tentang asal dan tujuan hidup memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman tentang eksistensi manusia. Di Jawa, Sangkan Paraning Dumadi adalah filosofi yang mengajarkan tentang perjalanan manusia dari asalnya hingga mencapai tujuan akhir. Ajaran ini sejalan dengan prinsip-prinsip spiritual dalam Islam, yang menekankan bahwa manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Melalui pandangan ini, kita dapat memahami lebih dalam tentang makna kehidupan, bagaimana menjalani hari-hari dengan penuh kesadaran, dan bagaimana mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi ajaran Sangkan Paraning Dumadi dan hubungannya dengan nilai-nilai spiritual Islam yang mengajarkan tentang asal, perjalanan, dan tujuan akhir kehidupan manusia.
Ajaran Sangkan Paraning Dumadi selaras dengan nilai-nilai Islam tentang hakikat kehidupan manusia sebagai makhluk yang berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman: "Innā li-llāhi wa innā ilayhi rāji'ūn" yang berarti: "Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali" (QS. Al-Baqarah: 156). Seperti sungai yang mengalir deras dari mata air pegunungan, manusia memulai perjalanannya dari sumber Ilahi dan meniti jalur kehidupan hingga mencapai lautan keabadian.
Manusia diibaratkan sebagai perahu kecil yang terombang-ambing di tengah samudera nasib, dengan asal usul di tangan Allah SWT dan tujuan akhir adalah kembali kepada-Nya. Dalam Islam, tujuan akhir manusia adalah mencapai ridha Allah dan surga-Nya, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: "Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh..." (QS. Al-Kahfi: 110). Setiap tarikan napas adalah bagian dari perjalanan panjang menuju kehidupan akhirat.
Seperti tunas yang tumbuh dari tanah, manusia tumbuh dan berjuang menembus kerasnya kehidupan, berakar dalam nilai-nilai spiritual dan bertumbuh menuju kebijaksanaan. Dalam Islam, hidup adalah ladang untuk berbuat kebaikan, sebagai bekal kembali ke akhirat. Rasulullah SAW bersabda: "Dunia adalah ladang akhirat" (HR. Muslim). Setiap manusia, layaknya daun yang gugur, pada akhirnya akan menghadapi kefanaan, namun amal perbuatannya akan terus tercatat sebagai bekal di hadapan Allah SWT. Dalam Al-Qur'an disebutkan: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati..." (QS. Ali Imran: 185).
Dalam kehidupan sehari-hari, konsep Sangkan Paraning Dumadi tercermin dalam renungan diri akan jati diri. Islam mengajarkan bahwa manusia harus selalu mengingat dari mana ia berasal dan ke mana tujuannya. "Dan Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan..." (QS. Az-Zumar: 6). Dunia ini adalah tempat yang sementara, ibarat pelangi yang indah tapi tak abadi. Segala kenikmatan dunia adalah ujian, sebagaimana Allah SWT berfirman: "Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya" (QS. Al-Hadid: 20).
Dalam keluarga, ajaran ini tampak dalam peran seorang ibu yang mengasuh anaknya dengan penuh kasih sayang, sebagaimana Allah memerintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun..." (QS. Luqman: 14). Seperti bumi yang memeluk benih, seorang ibu menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam diri anaknya agar tumbuh menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Sangkan Paraning Dumadi juga mengajarkan siklus kehidupan yang tidak terlepas dari kuasa Allah SWT. Manusia lahir, hidup, dan mati sesuai dengan ketetapan-Nya. "Setiap umat mempunyai batas waktu; apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya" (QS. Al-A'raf: 34). Kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan pintu menuju perjalanan yang lebih besar di akhirat. Di sinilah Islam mengajarkan untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan amal saleh.
Dalam bekerja, ajaran ini mengingatkan bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan. Islam mengajarkan untuk tidak terperdaya oleh harta atau jabatan. Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah harta yang engkau infakkan di jalan Allah kecuali akan menjadi pahala yang berlipat ganda di akhirat" (HR. Bukhari). Segala yang kita kumpulkan di dunia akan kembali kepada Allah, dan yang abadi hanyalah amal kebaikan yang kita lakukan.
Alam juga mengajarkan manusia tentang kebesaran Allah. Gunung yang tegak berdiri mengingatkan kita akan kekuasaan Sang Pencipta. "Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?" (QS. Asy-Syu'ara: 7). Seperti embun yang menyejukkan pagi, kebaikan yang kita lakukan tidak hanya bermanfaat bagi sesama, tetapi juga membawa berkah bagi kita di akhirat kelak.
Dalam hubungan dengan sesama, Islam mengajarkan agar kita menjadi rahmat bagi seluruh alam. "Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam" (QS. Al-Anbiya: 107). Seperti matahari yang memberi cahaya kepada semua makhluk tanpa pilih kasih, manusia diajarkan untuk berbagi kebaikan dan manfaat tanpa memandang latar belakang. Cinta sejati dalam ajaran ini tidak terikat pada kenikmatan duniawi, tetapi terjalin dalam nilai-nilai spiritual, seperti Rasulullah SAW yang selalu mengingatkan kita akan pentingnya mencintai karena Allah.
Ketika seseorang jatuh sakit, Islam mengajarkan bahwa sakit adalah ujian dari Allah SWT dan bagian dari proses penyucian. Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah seorang Muslim tertimpa musibah, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya, seperti daun yang berguguran dari pohon" (HR. Bukhari). Sakit menjadi pengingat bahwa tubuh hanyalah titipan yang akan kembali kepada Sang Pencipta, sedangkan jiwa terus mencari jalan pulang kepada-Nya.
Pada akhirnya, Sangkan Paraning Dumadi mengajarkan untuk selalu mengingat asal dan tujuan kita. Dalam Islam, kita selalu diingatkan untuk mengingat Allah dalam setiap langkah kita. "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal..." (QS. Ali Imran: 190). Seperti ombak yang kembali ke pantai setelah perjalanan panjang, setiap jiwa akan kembali ke Allah SWT. Kehidupan di dunia hanya sementara, namun perjalanan hidup yang kita jalani adalah langkah-langkah menuju kehidupan abadi di akhirat, di bawah ridha Allah SWT.
==================================
Srondol Kulon, Semarang, 19 September 2024 11.00 WIB.
Ditulis dengan *Strategi Tali Bambuapus Giri* - _Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri Berbasis AI._
Comments
Post a Comment