BELAJAR SPIRITUAL KEPADA SUHU KPA NICHO
Gambar: Suhu Nicho bersama Gus Miftah di acara kenegaraan Konferensi Sufi Internasional di Pekalongan 29-31 Agustus 2023 lalu.
By: MRT (Mampuono Rasyidin Tomoredjo)
Ditulis dengan Strategi Tali Bambuapus Giri
Satu jam duduk satu majlis dengan KPA Nicholas Nyoto Prasetyo Dononagoro atau penulis lebih suka menjuluki beliau sebagai *Suhu Nicho*, sungguh merupakan momen yang sangat penting dan besar sekali manfaatnya. Apa yang beliau sampaikan adalah asupan jiwa yang sangat bergizi bagi spiritual kita, dan bagi yang paham dan bisa menyerapnya, itu akan me jadi harta karun jiwa yang penuh keajaiban untuk menjalani hidup yang lebih sejahtera dan berkelimpahan. Berikut ini adalah sebagian petuah yang beliau sampaikan dan sempat penulis sarikan. Penulis lalu melakukan elaborasi dengan harapan petuah lebih mudah tercernadan diserap sebgai asupan jiwa. Semoga bermanfaat.
*✅1. Untuk mendapatkan kelimpahan manusia harus mampu dan mau berbagi.*
💗Pernyataan ini menggambarkan bahwa untuk mencapai kelimpahan dalam hidup, seseorang perlu memiliki kemampuan dan keinginan untuk berbagi dengan orang lain. Ini dapat berarti berbagi pengetahuan, waktu, kebahagiaan, atau sumber daya dengan orang lain. Dengan berbagi, kita dapat membangun hubungan yang kuat, membantu orang lain, dan menciptakan lingkungan yang lebih baik, yang pada akhirnya dapat membawa kelimpahan dalam hidup kita sendiri.
💝Dalil untuk pernyataan ini dapat ditemukan dalam banyak tradisi agama dan filosofi yang mendorong konsep berbagi dan kebaikan terhadap sesama. Contoh dalil yang mungkin relevan termasuk:
🍅1. Dalam Islam, terdapat konsep *zakat (sedekah)* yang merupakan salah satu dari lima pilar Islam. Ayat dalam Al-Quran seperti Al-Baqarah (2:267) mendorong umat Islam untuk berbagi harta mereka kepada yang membutuhkan. Kebutuhan manusia tidak selalu yang bersifat materiil tetapi juga moril. Maka bahkan salah satu hadits menyatakan bahwa senyum adalah sedekah.
🍅2. Dalam agama Kristen, ajaran Nabi Isa mengenai *cinta terhadap sesama,* seperti yang terdapat dalam Kitab Injil, mendorong umatnya untuk berbuat baik dan berbagi dengan orang lain.
🍅3. Dalam agama Hindu, konsep *seva* atau pelayanan kepada sesama manusia adalah bagian penting dari ajaran, dan Bhagavad Gita mencurahkan perhatian pada tindakan berbagi dan kasih sayang.
🍅4. Dalam agama Budha ada *Dana (Pemberian)* yang merupakan salah satu dari sepuluh paramita (tindakan mulia) dalam Buddhisme. Ini mengacu pada tindakan memberikan dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan. Dana termasuk memberikan bantuan materi, pendidikan, atau dukungan emosional kepada mereka yang membutuhkan.
🍅5. Dalam Konfusionisme ada *Ren (仁)* - Belas Kasihan dan Kemanusiaan. Konsep inj mengacu pada sifat belas kasihan, kemanusiaan, dan empati terhadap sesama manusia. Ren mendorong individu untuk berperilaku baik, bersikap baik, dan berbagi dengan orang lain sebagai manifestasi dari kebaikan batin.
🍅6. Dalam berbagai tradisi filosofis, seperti *utilitarianisme* , ditekankan bahwa tindakan yang menghasilkan kebahagiaan atau kesejahteraan bagi banyak orang lebih dihargai.
💝Jadi, berbagai ajaran agama dan nilai-nilai filosofis menekankan pentingnya berbagi dan berbuat baik terhadap sesama sebagai cara untuk mencapai kelimpahan dan kebahagiaan manusia.
*✅2. Hidup harus selalu menjaga keharmonisan antara cipta, rasa, dan karsa agar apa yang menjadi keinginan kita terwujud dan keberlimpahan serta kebahagiaan melingkupi hidup kita.*
💓Pernyataan ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara tiga aspek penting dalam hidup, yaitu cipta (pikiran), rasa (perasaan), dan karsa (tindakan). Dengan menjaga keharmonisan antara ketiga aspek ini, kita diharapkan dapat mencapai apa yang kita inginkan dalam hidup, baik itu keberlimpahan maupun kebahagiaan. Ini berarti bahwa pikiran yang positif dan tujuan yang jelas (cipta) harus didukung oleh perasaan positif dan emosi yang sehat (rasa), serta tindakan yang konsisten dan terarah (karsa). Dengan menjaga keseimbangan ini, kita dapat menciptakan kondisi yang lebih baik untuk mencapai tujuan dan hidup dengan bahagia dan berlimpah.
*✅3. Semua yang terduga itu pasti terbatas. Oleh karena itu berdoalah agar diberi karunia keran keran yang mengucurkan rejeki yang besar maupun kecil dari sumber sumber yang terduga maupun tidak terduga.*
💓Pernyataan ini menyarankan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki batasan atau keterbatasan, termasuk sumber daya yang kita miliki. Oleh karena itu, disarankan untuk berdoa agar diberi karunia rezeki baik yang besar maupun kecil dari berbagai sumber, baik yang sudah terduga maupun yang tidak terduga. Ini menunjukkan pentingnya bersyukur atas apa yang kita terima, serta meminta berkah dari sumber-sumber yang mungkin kita belum pernah memikirkannya sebelumnya. Dengan cara ini, kita diharapkan dapat mengatasi keterbatasan dan mencapai kelimpahan dalam hidup kita.
*✅4. Manusia adalah pencipta kedua setelah Tuhan karena di dalam diri manusia sesungguhnya ada Tuhan.*
💗 Bahwa manusia memiliki potensi untuk menciptakan dan membentuk dunia mereka sendiri dalam beberapa cara, sehingga mereka disebut sebagai "pencipta kedua" setelah Tuhan. Ini juga dapat merujuk pada pandangan bahwa potensi kreatif, kebijaksanaan, dan kemampuan manusia untuk memahami dan menciptakan hal-hal dalam kehidupan mereka adalah cermin dari kehadiran Tuhan atau aspek spiritual yang ada dalam diri manusia. Dalam konteks ini, manusia dianggap memiliki potensi untuk mencerminkan atribut atau kemampuan Tuhan dalam tindakan dan penciptaan mereka.
*✅5. Tuhan dikatakan lebih dekat dari urat nadi kita.*
💓Pernyataan ini menggambarkan bahwa Tuhan atau keberadaan spiritual dianggap sangat dekat dan terasa dalam diri manusia, hampir seperti berdenyutnya nadi. Ini sering diartikan sebagai perasaan koneksi yang mendalam antara individu dan keagamaan atau spiritualitas mereka, sehingga mereka merasa dekat dengan Tuhan atau kekuatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari mereka.
💝Surah Qaf (50:16), berbunyi:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."
💝Ayat ini menggambarkan bahwa Allah SWT memiliki pengetahuan yang sangat mendalam tentang manusia, bahkan lebih mendalam daripada pemikiran atau bisikan dalam hati manusia. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa Allah tidak terbatas oleh waktu atau ruang, dan pemahaman kita tentang kedekatan dengan-Nya lebih bersifat spiritual daripada fisik.
*✅6. Sejatinya Gusti Dumunung ono ing rasaning Ati itulah jati diri manunggaling kawula gusti.*
💗Kalimat ini dalam bahasa Jawa mengandung makna yang dalam. Artinya, "Sejatinya, Tuhan ada dalam perasaan hati; itulah esensi dari sambungan antara hamba dan Tuhan." Ini mengacu pada ide bahwa hubungan spiritual antara manusia dan Tuhan tidak hanya berdasarkan ritual atau tindakan eksternal, tetapi juga berasal dari perasaan dan kesadaran batin yang mendalam. Jadi, mencari Tuhan dan mengenal diri sendiri dapat ditemukan melalui perasaan dalam hati yang mendalam dan kesadaran diri.
💝Salah satu hadits yang mencerminkan konsep ini adalah hadits qudsi, yaitu hadits yang merupakan ucapan Allah, namun bukan bagian dari Al-Quran.
💝Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Allah berfirman, 'Aku adalah seseorang yang paling tersembunyi dari hamba-Ku, dan Aku adalah seseorang yang paling dekat dengan mereka. Aku mendengar doa mereka dan menjawabnya ketika mereka berdoa kepada-Ku.'" (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
*✅7. Mencipta dimulai dari mimpi atau mencipta dimulai di dalam pikiran. Maka orang-orang besar memulainya dari mimpi-mimpi besar.*
💗Pernyataan ini menyoroti bahwa proses penciptaan atau pencapaian besar dimulai dengan mimpi atau ide yang besar di dalam pikiran seseorang. Orang-orang besar dan inovatif seringkali memiliki mimpi-mimpi besar yang menjadi dorongan untuk menciptakan sesuatu yang signifikan. Mimpi-mimpi ini menjadi pondasi dari ide-ide yang kemudian diwujudkan melalui tindakan dan usaha keras. Dengan kata lain, mimpi-mimpi besar adalah pemicu awal yang mengilhami langkah-langkah nyata untuk mencapai tujuan yang besar.
💝 Salah satu konsep yang sesuai dengan ide bahwa mencipta dimulai dari mimpi atau pikiran adalah konsep niat (niyyah). Niat adalah dasar dari setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Ketika seseorang memiliki niat yang kuat untuk mencapai sesuatu atau melakukan tindakan baik, maka itu adalah langkah awal menuju pencapaian tersebut.
💝Salah satu hadits yang mencerminkan pentingnya niat dalam Islam adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim:
💝"Dari Umar bin Khattab, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Segala amal perbuatan bergantung kepada niat, dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang ia niatkan. Maka siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu adalah karena Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia capai atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu adalah karena apa yang mendorongnya untuk hijrah itu.'" (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
💝Hadits ini menekankan bahwa niat yang kuat dan tulus adalah langkah awal dalam setiap tindakan atau penciptaan, dan itu sesuai dengan ide bahwa mencipta dimulai dari mimpi atau pikiran yang mendalam dan tulus.
*✅8. Seringkali ketika kita berbicara tentang melipatgandakan rejeki akan ditolak mentah-mentah oleh orang karena platform rezeki mereka terbatas. Maka menjadi penting untuk menjebol platform rezeki sehingga tidak ada lagi batasan yang membelenggu pikiran kita.*
💗 Bahwa seringkali orang cenderung membatasi pandangan mereka tentang rejeki atau kemakmuran hanya dalam kerangka pemikiran matematis sederhana seperti penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Mereka mungkin ragu-ragu untuk mempertimbangkan kemungkinan eksponensial atau perpangkatan dalam hal meningkatkan rejeki atau kesuksesan mereka.
💝"Menjebol platform rezeki" berarti berpikir di luar batasan-batasan konvensional dan membuka diri terhadap pemikiran yang lebih luas tentang bagaimana pelipatgandaan rejeki bisa terjadi. Ini menggarisbawahi pentingnya menjalani pikiran positif dan terbuka terhadap peluang yang mungkin terasa tidak konvensional pada awalnya. Dengan cara ini, seseorang bisa lebih mungkin mencapai kemajuan dan kelimpahan yang lebih besar dalam hidup mereka.
*✅9. Kita semua ini sebenarnya adalah semu karena keberadaannya berdasarkan kata orang, baik dari lingkungan, pergaulan, atau pendidikan.
Kita lahir dengan diberi merek sesuai kata orang.*
💗Pernyataan ini menyampaikan pemikiran tentang bagaimana identitas kita seringkali dipengaruhi oleh pandangan, ekspektasi, dan penamaan dari lingkungan sekitar kita. Ketika kita lahir, kita diberi nama yang dipilih oleh orang tua kita. Selanjutnya, sepanjang hidup kita, kita menerima label, peran, dan ekspektasi dari berbagai pihak, seperti keluarga, teman, dan pendidikan.
💝Ini mengingatkan kita bahwa sebagian besar dari identitas kita, termasuk cara kita melihat diri kita sendiri, terbentuk oleh bagaimana orang lain berbicara tentang kita atau berinteraksi dengan kita. Namun, dalam prosesnya, penting juga untuk mengembangkan pemahaman diri yang sejati dan tidak hanya mengikuti pandangan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk membentuk diri kita sendiri dan menjalani hidup sesuai dengan nilai dan tujuan yang kita yakini, bukan hanya bergantung pada kata-kata orang lain.
💝Dalam Surah Al-Hujurat (49:11) Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik. Maka bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
💝Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak saling mencela atau menghina satu sama lain, karena itu bisa merusak hubungan dan pandangan yang positif antara individu. Hal ini juga mengingatkan kita untuk mempertimbangkan pandangan Allah daripada pandangan manusia dalam tindakan dan perilaku kita. Meskipun ayat ini tidak secara langsung menyebutkan bahwa kita membentuk identitas kita berdasarkan kata orang, ia mencerminkan pentingnya tidak terlalu terpengaruh oleh pandangan negatif orang lain dalam menilai diri kita.
*✅10. Lingkungan, pertemanan pendidikan, atau pengamatan terhadap peristiwa di sekeliling seringkali menjadi program yang membentuk diri kita. Hebatnya program dapat otomatis terbentuk tanpa filter pada usia 7 tahun ke bawah. Bahkan seringkali pemrograman terjadi sejak seseorang berada di dalam kandungan.*
💗 Pernyataan ini mencerminkan ide bahwa banyak aspek dari kepribadian, keyakinan, dan perilaku seseorang seringkali dipengaruhi oleh lingkungan, pertemanan, pendidikan, dan pengamatan yang mereka alami sejak usia sangat muda, bahkan sejak mereka masih dalam kandungan ibu mereka. Ini mengacu pada konsep bahwa individu dapat "diprogram" oleh pengalaman dan lingkungan mereka.
💝Pada usia dini, terutama sekitar usia 7 tahun ke bawah, otak anak-anak sangat rentan terhadap pengaruh luar. Mereka cenderung menyerap banyak informasi dari lingkungan mereka, termasuk nilai-nilai, norma sosial, dan bahasa, yang membentuk dasar pemahaman mereka tentang dunia.
💝Selain itu, pengaruh yang dimulai sejak masa kandungan juga dapat berperan dalam membentuk sifat dan karakteristik seseorang. Misalnya, pengalaman ibu selama kehamilan, seperti tingkat stres atau kebahagiaan, dapat memiliki dampak pada perkembangan anak yang belum lahir.
💝Konsep ini menunjukkan pentingnya kesadaran orang tua dan masyarakat secara keseluruhan dalam menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung bagi perkembangan anak-anak, karena apa yang mereka alami di usia dini dapat memiliki dampak jangka panjang pada diri mereka di masa depan.
*✅11. Tuhan menciptakan alam semesta dimulai dari Firman atau kata-kata. Setiap kata-kata yang keluar dari mulut kita memiliki energi penciptaan, baik kata-kata baik maupun kata yang buruk, maka hati-hatilah dalam berkata-kata.*
💗Pernyataan ini menggambarkan keyakinan bahwa alam semesta ini diciptakan melalui Firman atau kata-kata Tuhan. _Kun Faa Yakun!_ Jadilah! Maka jadilah. Oleh karena itu, kata-kata memiliki energi penciptaan. Dalam konteks ini, baik kata-kata yang positif maupun kata-kata yang negatif akan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi realitas kita.
💝Maka dari itu, disarankan agar kita berhati-hati dalam berkata-kata, karena kata-kata yang kita ucapkan dapat memiliki dampak besar pada kehidupan kita sendiri dan kehidupan orang lain. Kata-kata yang positif dapat membawa kebaikan dan kebahagiaan, sementara kata-kata yang negatif dapat menciptakan konflik dan ketidakbahagiaan. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan kata-kata dengan bijak dan memilih untuk mengucapkan kata-kata yang membangun dan mendukung.
*✅12. Setiap kata-kata, apakah itu memberkati atau justru mengutuk, semua harus dipikirkan baik-baik.*
💓Pernyataan ini menyoroti pentingnya berhati-hati dengan kata-kata yang kita ucapkan, baik itu untuk memberkati atau bahkan mengutuk seseorang. Cerita yang disampaikan adalah contoh dramatis tentang bagaimana kata-kata yang kasar atau merendahkan, dalam hal ini "samber gelap," dapat memiliki konsekuensi yang sangat serius atau bahkan tragis.
💝Ini adalah pengingat bahwa kata-kata kita memiliki kekuatan, dan kita tidak selalu tahu bagaimana kata-kata kita akan mempengaruhi orang lain atau situasi di sekitar kita. Oleh karena itu, bijaklah dalam menggunakan kata-kata dan pertimbangkan dampaknya sebelum mengucapkannya. Tujuannya adalah untuk mendorong kita untuk memilih kata-kata yang positif, mendukung, dan penuh kasih dalam interaksi kita dengan orang lain.
*✅13. Ada cerita di mana seorang anak kecil karena bertingkah laku menjengkelkan maka ia dimaki "samber gelap" oleh ibunya. Dan tragisnya, tak lama kemudian anak itu tewas mengenaskan karena disambar oleh petir.*
💗Cerita ini menggambarkan situasi di mana kata-kata kasar yang diucapkan oleh ibu terhadap anaknya dikaitkan dengan nasib tragis anak itu. Meskipun cerita ini mungkin hasil karangan, beberapa orang percaya bahwa kata-kata memiliki kekuatan atau energi yang dapat mempengaruhi situasi atau orang yang menjadi sasaran kata-kata tersebut.
💝Konsep bahwa kata-kata memiliki "energi penciptaan" sering kali terkait dengan gagasan bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk membentuk realitas atau memengaruhi perasaan dan tindakan orang lain. Ini adalah dasar bagi keyakinan dalam berbagai budaya tentang mantra, kutukan, atau afirmasi.
💝Dalam cerita ini, kata-kata kasar yang disebutkan oleh ibu dapat dianggap sebagai contoh negatif dari penggunaan kata-kata. Kata-kata yang penuh kemarahan dan kebencian dapat menciptakan suasana yang negatif dan berkontribusi pada perasaan buruk anak tersebut. Namun, peristiwa tragis yang terjadi pada akhir cerita tidak dapat secara ilmiah dikaitkan dengan kata-kata yang diucapkan oleh ibu.
💝Penting untuk diingat bahwa kata-kata memang memiliki dampak emosional dan psikologis yang signifikan pada individu, tetapi dalam dunia nyata, efeknya tidak sampai pada tingkat memicu peristiwa alam seperti petir. Meskipun kata-kata memiliki kekuatan untuk memengaruhi hubungan sosial dan emosi, penting untuk berbicara dengan penuh pertimbangan dan empati terhadap orang lain.
*✅14. Tenangkan hatimu maka akan ada keajaiban yang datang.*
💓Kalimat ini adalah ungkapan umum yang mengajak seseorang untuk menjaga ketenangan batin dan pikiran. Meskipun tidak secara khusus terkait dengan ajaran Islam, konsep menjaga ketenangan hati dan pikiran sering ditemukan dalam berbagai agama, termasuk Islam.
💝Surah Ar-Ra'd (13:28) menyatakan: "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
💝Jadi, pesan tersebut mungkin merujuk pada ide menjaga ketenangan hati dan berpegang teguh pada iman sebagai cara untuk menghadapi kehidupan dan mengharapkan keajaiban yang datang sebagai hasilnya.
*✅15. Tuhan aku selalu belajar dan mengupgrade diriku sehingga sehingga kebermanfaatanku menjadi semakin besar untuk umat.*
💗Pernyataan ini menunjukkan tekad dan niat yang baik untuk terus belajar, tumbuh, dan meningkatkan diri dengan tujuan menjadi lebih bermanfaat bagi umat atau orang lain. Ini adalah sikap yang sangat positif, menunjukkan semangat untuk memberikan kontribusi positif dalam melayani dan membantu orang lain.
💝Dalam konteks agama atau spiritualitas, ini juga dapat diartikan sebagai bentuk ibadah atau tindakan yang mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara mengembangkan potensi diri untuk membantu sesama manusia dan berbuat baik. Dalam banyak ajaran agama, tindakan seperti ini sering dianggap sebagai cara untuk memenuhi tugas sosial dan moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan.
Terima kasih
MRT
Comments
Post a Comment