Posts

Featured Post

MENUNDUKKAN OMBAK KEHIDUPAN

Image
 https://youtu.be/DF7KimeSfWk?si=LCBua3vje5wStz0m  Pagi ini  saya mendapatkan pertanyaan cukup  tajam dari kawan guru asal Demak setelah melihat status WhatsApp saya yang berjudul *Menjadi Kaya Sejak Muda* dan menampilkan seorang influencer bernama Timothy. Teman guru ini mengkritisi  Timothy, seorang motivator yang percaya bahwa kekayaan bisa diraih dengan satu momentum besar, ibarat peselancar yang menaklukkan ombak/raksasa. Ia berbicara tentang keberanian mengambil risiko besar demi kekayaan yang melimpah. Namun, mengapa banyak pendidik di negeri ini memandang pemikirannya dengan skeptis? Saya menanggapi dengan perumpamaan gelas kosong. Saya  menjelaskan bahwa banyak orang tidak mampu menerima pemikiran baru karena terjebak dalam pola pikir lama. Ambil contoh yang terjadi di grup *WA Edukasi Spiritual Finansial MRT* yang saya buat sejak dua tahun yang lalu. Hanya sepertiga dari mereka yang siap mengosongkan gelasnya untuk menerima pengalaman dan fakta baru sehingga kemud

GEMILANG

Image
  By: Dr. MRT Di suatu senja yang penuh semangat, Ibu Ismunarsih, seorang guru di TK Negeri Pembina yang kini dipimpin Ibu Sri Mardiyati, mengenang momen-momen berharga yang pernah dilaluinya bersama anak-anak didiknya. Tahun 2008 menjadi saksi perjalanan berliku mereka dalam berlatih senam, hingga akhirnya berhasil meraih juara 3 di tingkat Kabupaten Purworejo. Bagi Ibu Ismunarsih, perjalanan ini ibarat meniti tangga panjang yang terbuat dari harapan, semangat, dan cinta. Ibu Ismunarsih tidak hanya seorang guru, tetapi juga pelatih, penyemangat, dan tempat berbagi. Saat pertama kali memperkenalkan senam kepada murid-muridnya, Aira, Nadia, dan Syifa, mereka tampak bingung dan kesulitan memahami gerakan dasar. Kanan dan kiri menjadi teka-teki yang rumit bagi anak-anak kecil ini. Tapi, seperti hujan yang tak kenal lelah membasahi bumi, Ibu Ismunarsih juga tak henti-hentinya membimbing mereka dengan penuh kesabaran. Dengan ide kreatif, Ibu Ismunarsih mengikatkan tali rafia di tangan kanan

CERPEN 36: ILMU

Image
KUMPULAN CERPEN TALI BAMBUAPUS GIRI  CERPEN 36: ILMU By: Dr. MRT (Dr. Mampuono R. Tomoredjo, S. Pd., S. Pd., M. Kom.)  Dingin menyusup ke sela-sela kulit pagi itu, membiarkan embun menari di atas dedaunan dan rumput. Matahari masih malas mengintip dari balik pegunungan, sementara burung-burung sudah memulai simfoni paginya. Di sebuah pondok kayu sederhana yang terletak di tepi hutan, seorang pria tua bernama Kiai Hasan duduk di kursi anyaman rotan, menggenggam cangkir teh hangat, menatap kosong ke arah awan yang berarak pelan. Di seberang pondoknya, hamparan sawah terbentang luas bak permadani hijau, berkilauan saat cahaya pagi menyentuh permukaannya. Kiai Hasan, meski usianya telah senja, garis-garis kegagahan masa mudanya masih tampak jelas pada wajah yang tenang dan bersahaja itu. Rambutnya telah memutih, namun posturnya yang tegap menunjukkan bahwa ia pernah menjadi seorang pemuda yang kuat dan tangguh. Kain sarung yang selalu dikenakannya tidak bisa menyembunyikan aura kewibawaann

CERPEN 35: DENDAM

Image
KUMPULAN CERPEN TALI BAMBUAPUS GIRI  CERPEN 35: DENDAM By: Dr. MRT (Dr. Mampuono R. Tomoredjo, S. Pd., S. Pd., M. Kom.)  Pagi itu, embun menari di atas dedaunan, seolah ingin mengingatkan semua makhluk bahwa alam selalu memiliki cara untuk menyembuhkan luka, memberikan kesejukan bahkan pada hati yang paling keruh. Langit menguning perlahan, menyambut datangnya fajar dengan senyum yang tersirat. Di tengah suasana damai itu, Lintang duduk memeluk lutut di pinggir sawah, memandang hamparan hijau yang begitu luas, seolah tak berujung. Hatinya tak setenang pemandangan yang dilihatnya. Badai amarah menggelegak dalam dadanya, seperti lautan yang ingin menghantam karang keras dengan ombak besar. Lintang bukan gadis yang lemah, tapi hatinya pernah dikhianati. Sejak itu, ia hidup dengan satu tujuan—untuk menjadi kuat, tak akan lagi dipermainkan nasib ataupun orang lain. “Lintang, kamu ngapain di sini?” suara lembut dan hangat menggema dari belakang. Itu suara Tia, sahabatnya sejak kecil yang kin

BERLIMPAHNYA REZEKI DAN KEBERANIAN UNTUK MELANGKAH: SEBUAH REFLEKSI

Image
By: Dr. MRT (Dr. Mampuono R. Tomoredjo, S. Pd., S. Pd., M. Kom.) Terkadang, kita berada dalam persimpangan keputusan yang membuat kita ragu. Dalam sebuah grup  WA *Edukasi Spiritual finansial BLN MRT* , ada beberapa anggota yang mundur seperti beruntun, keluar dari grup. Melihat keadaan ini beberapa anggota grup lainnya yang merasa prihatin mencoba untuk sharing pendapat.  Berapa cerita dari  anggota yang masih betah di grup  menggambarkan bagaimana perasaan mereka tentang sebuah pilihan penting. Abah Winko, salah satu anggota, mengungkapkan bahwa ia pernah ingin keluar dari grup yang ia ikuti, namun setelah mempertimbangkan dan akhirnya tetap bertahan, Allah SWT menunjukkan jalan berkelimpahan rezeki yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dari cerita sederhana ini, kita bisa belajar bahwa terkadang keputusan untuk bertahan dalam proses yang berat justru membawa hasil yang luar biasa. Seperti kupu-kupu yang mencari bunga, rezeki akan datang kepada kita ketika kita terus b

CERPEN 29: PENYESALAN

Image
  KUMPULAN CERPEN TALI BAMBUAPUS GIRI CERPEN 29: PENYESALAN Angin sore itu berhembus pelan, seolah enggan meninggalkan aroma hujan yang baru saja berlalu. Daun-daun di pohon trembesi yang rindang melambai dengan malas, seperti mengucapkan selamat tinggal pada sang senja. Namun, bagi Hadi, angin dan senja bukanlah sesuatu yang bisa dinikmati hari ini. Hatinya terbenam dalam bayang-bayang gelap penyesalan, terlalu berat untuk dilepaskan. Ia terduduk di kursi kayu tua yang terletak di sudut halaman rumahnya, pandangannya kosong, melintas di antara dunia nyata dan ilusi. "Kenapa harus aku yang mengalami ini?" gumamnya, tanpa sadar, kepada dirinya sendiri. Ia menggigit bibir bawahnya, berharap rasa sakit fisik dapat mengalihkan sedikit rasa pedih yang menggerogoti hatinya. Matahari telah meredup di ufuk barat, tapi perasaan bersalah dalam hati Hadi justru semakin terang, semakin membara. "Seandainya dulu aku bisa memilih jalan yang berbeda… seandainya aku lebih berani mengamb