BAYANG-BAYANG PERSELINGKUHAN
Inspired by: Irfan Kurniawan, guru SDN 1 Babak, Tulung, Rembang
Dunia maya, ibarat sebuah labirin tanpa akhir yang penuh dengan jebakan ilusi. Setiap gulir layar menampilkan keindahan yang menipu, seperti sirene yang memanggil para pelaut untuk karam di karang. Di era ini, perselingkuhan tak lagi sekadar isu rumah tangga, melainkan wabah sosial yang menjalar tanpa pandang bulu. Media sosial seperti Instagram dan TikTok telah menjelma menjadi panggung parade kecantikan yang menggoda iman. Seperti kata pepatah, “Mata adalah jendela hati.” Namun, jika jendela itu terus terbuka pada godaan, tak heran jika hati mudah tergelincir.
Perselingkuhan bukanlah isu baru, tapi kini ia hadir dalam bentuk yang lebih licin dan mematikan. Dalam satu studi oleh American Psychological Association, teknologi disebut sebagai salah satu faktor utama meningkatnya ketidaksetiaan dalam hubungan. Hal ini semakin diperparah dengan algoritma media sosial yang tanpa ampun memamerkan "kesempurnaan" tubuh dan wajah, menciptakan standar yang tak realistis dan melemahkan komitmen.
Namun, mari kita berhenti menyalahkan layar. Layar itu hanya menampilkan apa yang kita cari. Seperti seorang petualang di hutan, kitalah yang menentukan jalan—apakah menuju ke cahaya atau ke jurang kegelapan. Mata yang liar adalah cerminan dari hati yang tak terkendali. Jika seorang lelaki terus memandang ke luar, ia akan selalu merasa rumahnya kurang, seolah padang rumput tetangga lebih hijau. Namun, benarkah demikian?
Menurut psikolog John Gottman, inti dari hubungan yang sehat adalah rasa syukur dan komitmen. "Hubungan yang kuat dibangun dari menghargai pasangan, bukan mencari kekurangan," katanya. Jika kita terlalu sibuk membandingkan pasangan dengan apa yang kita lihat di media, bukankah itu seperti membandingkan sebuah buku lama yang penuh kenangan dengan brosur iklan yang tak memiliki kedalaman?
Istri, dalam makna sejatinya, adalah benteng yang menjaga kita dari badai kehidupan. Namun, banyak pria lupa bahwa benteng itu juga butuh diperkuat dengan kasih sayang dan perhatian. Jika perhatian dialihkan ke tempat lain, jangan heran jika benteng itu runtuh.
Di sisi lain, ada ironi yang mencolok: pria yang menyalahkan godaan wanita di media sosial, padahal mereka sendiri yang memilih untuk mengikuti dan menonton. Sebuah survei oleh Pew Research menunjukkan bahwa lebih dari 60% pria dewasa menggunakan media sosial untuk hiburan, sering kali tanpa menyadari dampak emosionalnya. Mungkin, alih-alih menyalahkan "godaan," waktunya untuk bertanya, apa yang sebenarnya kita cari?
Islam mengajarkan untuk menundukkan pandangan, bukan hanya demi menjaga moral, tetapi juga untuk melindungi diri dari godaan yang tak perlu. Dalam Al-Qur'an Surat An-Nur ayat 30, Allah berfirman, "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka." Pesan ini seakan menggema lebih relevan di zaman penuh distraksi ini.
Perselingkuhan tak hanya menghancurkan rumah tangga, tetapi juga menciptakan luka sosial yang dalam. Anak-anak menjadi korban bisu dari drama orang tua mereka, dan rasa percaya dalam keluarga hancur berkeping-keping. Apakah kenikmatan sesaat sepadan dengan kehancuran yang ditimbulkan?
Sebagai pria sejati, komitmen adalah tanda kedewasaan. Bukankah lebih mulia menjadi pria yang menjaga keluarganya daripada membiarkan ego dan nafsu merusaknya? Seorang pria yang setia adalah pria yang memahami bahwa kebahagiaan sejati bukanlah dari apa yang ia miliki di luar rumah, melainkan dari keharmonisan yang ia bangun di dalamnya.
Tokoh besar seperti Mahatma Gandhi pernah berkata, "Seseorang tidak dapat mengubah dunia jika ia tidak mampu menguasai dirinya sendiri." Perselingkuhan, pada dasarnya, adalah refleksi dari kelemahan diri—sebuah kekalahan terhadap godaan yang seharusnya bisa dihindari.
Solusi untuk mengatasi perselingkuhan sebenarnya sederhana, meski tidak mudah. Mulailah dengan menjaga mata, hati, dan pikiran. Fokuslah pada keindahan yang sudah ada di rumah. Rayakan hal-hal kecil seperti senyum istri di pagi hari atau tawa anak-anak yang polos. Kebahagiaan sejati adalah tentang bersyukur atas apa yang dimiliki, bukan mencari yang tak dimiliki.
Bagi para wanita, jangan takut untuk mengingatkan pasangan akan nilai komitmen. Sebuah hubungan yang sehat adalah tentang saling menjaga, bukan saling mendiamkan kesalahan. Seperti kata Oprah Winfrey, "Komunikasi adalah dasar dari setiap hubungan yang kuat."
Pesan moralnya sederhana: kesetiaan adalah pilihan yang harus diperbarui setiap hari. Seperti seorang petani yang menyirami tanamannya, pernikahan pun butuh perhatian dan usaha agar tetap tumbuh subur. Jika godaan datang, ingatlah bahwa rumput yang tampak hijau belum tentu bebas dari duri.
Di dunia yang serba cepat ini, kebahagiaan sejati sering kali ditemukan dalam hal-hal yang sederhana. Menjaga pandangan, menghargai pasangan, dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan adalah cara terbaik untuk melawan godaan. Karena pada akhirnya, cinta sejati bukanlah tentang mencari kesempurnaan, melainkan menghargai ketidaksempurnaan bersama.
Comments
Post a Comment