GURU YANG TIDAK BERPIKIR HOTS, BAGAIMANA MENGETAHUI DAN MENCARI SOLUSINYA?




Oleh: Mampuono
#menemubaling

Sebuah riset yang cukup menarik sempat saya baca laporannya sambil menunggui ibunya anak-anak menjalani perawatan gigi malam ini. Judulnya mantap *OUR PROSPECTIVE MATHEMATIC TEACHERS ARE NOT CRITICAL THINKERS YET*

Riset yang dilakukan di salah satu LPTK ternama di Malang  itu  menyimpulkan bahwa calon guru matematika masih belum merupakan pemikir kritis. Lembaga pendidikan guru perlu mereformasikurikulum dan praktik pembelajaran mereka untuk meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir kritis para calon guru.

Kita bisa bertanya pada "Mbah Google" tentang definisi berpikir kritis https://goo.gl/search/Definisi+berpikir+kritis
10 Definisi Berpikir Kritis - Penelitian Tindakan Kelas Definisi berpikir kritis menurut Chance (1986) :Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.

Saya juga pernah mendengar dalam sebuah sesi seminar bahwa menurut riset di Australia kelemahan terbesar para guru di Indonesia adalah kemampuan dalam critical thinking dan creativity. Jika dihubungan  maka hasil riset di Australia dan di Malang itu tampaknya sangat kompak.

Kita bisa membayangkan bagaimana profil para calon guru matematika itu.   Biasanya mereka  berasal dari kalangan mahasiswa yang otaknya paling  encer. Jika yang otaknya paling encer saja tidak memiliki kemampuan berpikir kritis apalagi mahasiswa calon guru jurusan yang lain? 

Jika dianalogikan untuk guru matematika, maka para guru ini pun kondisinya kurang lebih sama dengan para calon mahasiswa yang akan menekuni profesi yang sekarang sedang mereka tekuni itu, yaitu menjadi guru matematika. Jika guru matematika yang dianggap sebagai guru paling pintar dan berotak encer saja kemampuan berpikir kritisnya rendah, apalagi  guru-guru yang lain.

Communication, collaboration, critical thinking, dan creativity  adalah empat ciri pembelajaran abad 21. Jika dua yang yang terakhir dari ciri tersebut tidak dimiliki oleh guru-guru kita, itu pertanda bahwa di abad 21 ini kita akan menghasilkan para siswa yang mungkin kompetensinya tidak sesuai yang diharapkan.  Kompetensi guru yang tidak mendukung  pembelajaran abad 21 bisa jadi merupakan penyebab terbesarnya.

Jika para guru critical thinking dan creativity-nya rendah maka keterampilan berpikir orde tinggi (HOTS) mereka juga tidak terlalu  banyak bisa diharapkan. Dua hal  tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan dari   HOTS. https://goo.gl/search/Defijisi+HOTS
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) - dafik-fkip-unej.org Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterjemahkan dari Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki tinggi dari taksonomi berpikir Bloom, yaitu mulai dari menganalisa mengevaluasi sampai mencipta.

Uji coba terhadap kemampuan berpikir HOTS para  guru saya lakukan tadi siang. Sasarannya adalah  para peserta workshop Implementasi Kurikulum 2013 di sebuah SMP favorit di salah satu kota di Jawa Tengah.  Uji coba ini sebelumnya juga pernah saya lakukan untuk para anggota grup WhatsApp yang terdiri dari para guru. Hasilnya ternyata sangat mirip.

Saya menampilkan sebuah gambar yang merupakan pekerjaan rumah anak-anak di China. Secara kebetulan beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan gambar tersebut dari grup WhatsApp. Gambar tersebut menampilkan tentang soal HOTS yang digunakan sebagai PR untuk anak-anak Sekolah Dasar di sana.

Gambar itu berisi tiga macam  objek yang bersusun dari atas ke bawah. Ketiganya adalah kucing, meja, dan kura-kura. Susunan pertama kucing di atas meja dan kura-kura di bawah meja. Susunan kedua  kura-kura di atas meja dan kucing di bawah meja.
Dua macam penjumlahan disodorkan dan anak diminta untuk menghitung tinggi meja.

Penjumlahan pertama  berisi tinggi meja, dikurangi tinggi kura-kura, ditambah tinggi kucing hasilnya sama dengan 170 cm. Penjumlahan kedua berisi tinggi meja di tambah tinggi kura-kura dikurangi tinggi kucing hasilnya sama dengan 130cm.

Ketika pertanyaan itu saya ajukan kepada para guru peserta workshop, ternyata hampir semuanya  tidak bisa menjawab. Bahkan guru matematika pun menjawab nya dengan cara menebak-nebak. Ini artinya kemampuan siswa SD di Cina dalam  berpikir HOTS bisa jadi lebih tinggi dari kemampuan guru-guru kita. 

Bagi  yang sudah terbiasa berpikir HOTS,  menjawab persoalan tersebut sebenarnya mudah saja. Kedua penjumlahan tinggal digabungkan. Tinggi Kucing dikurangi tinggi kucing, tinggi kura-kura dikurangi tinggi kura-kura, dan tinggi meja ditambah tinggi meja sama dengan 300 cm. Jika tinggi dua meja adalah 300 cm maka tinggi satu meja adalah separuhnya. Jadi tinggi meja adalah 150 cm. 

Kemampuan HOTS guru-guru kita memang cukup memprihatinkan. Namun bukan berarti kita boleh tinggal diam. Oleh karenanya pemerintah, organisasi profesi, dan masyarakat harus mendukung meningkatnya kemampuan HOTS para guru.  Para guru sendiri baik secara internal maupun eksternal harus berupaya keras agar mereka bisa mengatasi kelemahan dalam rendahnya level berpikir HOTS yang mereka miliki terutama dalam critical thinking dan creativity. Dan bergabung dengan pelatihan-pelatihan IGI adalah salah satu solusinya.

Di IGI terdapat 86 kanal pelatihan yang diciptakan untuk meningkatkan kompetensi guru di seluruh Indonesia. Tentu bukan perkara mudah untuk menciptakan kanal-kanal tersebut. Dan itu dilakukan berbasis pada critical thinking dan creativity para guru yang ada di IGI yang menjadi para foundernya.

Maka bersegeralah wahai para guru untuk menjadi bagian dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh kawan-kawan IGI di dalam kanal-kanal tersebut. Di situ critical thinking dan creativity para guru akan semakin meningkat. Dengan begitu  nantinya tidak akan ada kekhawatiran lagi bahwa guru kita tidak memenuhi syarat untuk  menjadi pengajar pada era abad 21 dengan revolusi industri ke-4 nya.

===========================
Semarang, 19 Oktober 2018 20.30 WIB. Ditulis dengan metode Menemu Baling, menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga.

Comments

Popular posts from this blog

NUSANTARA GROUP

MENGUBUR UNTUK MENJAGA BUMI

DR. MAMPUONO: PENDIDIK, PENEMU, TEACHERPRENEUR, DAN PENULIS